Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Saudara-Saudaraku Nusantara

Negeri kita terlalu sibuk memikirkan hal besar dengan menyingkirkan sesuatu yang terbilang marjinal. Saudara-saudaraku mari kita temukan serpihan-serpihan cahaya. Untuk pemimpin yang tak memimpin, Tengoklah kebelakang. Nusantara bukan lagi garuda, Untuk mengisi perut mungil dengan sesuap nasi pun kita masih bergulat dengan waktu. Saudara-saudaraku bawalah Negeri ini dengan cinta terhadap sesama. Tak usah merasa sepi, sepi merupakan tempat sejati untuk sesekali merenung bermesraan dengan Tuhan. Indonesia pusaka, gundul-gundul pacul, lir-ilir, merupakan serpihan cahaya untuk kita semua.

Belajar mensyukuri nikmat

  Sebagian anak-anak dikalangan remaja suka lupa bagaimana mensyukuri nikmat Allah. Banyak dari mengeluh-ngeluhkan kehidupannya. Lantas, untuk apa mereka hidup? Jika untuk mensyukuri nikmat-Mu saja enggan. Bahkan kesengsaraan mereka ini untuk ajang pameran di media sosial mereka. Yang jadi pertanyaan, Apa mereka tidak memiliki rasa malu? Atau memang urat malunya sudah terputus? Yaa Allah dengan apa saya mengungkapkan keagungan engkau selain dengan memanjatkan segala syukur atas nikmat-Mu, Yaa Allah saya benar-benar sedih bagaimana bisa Nabi Muhammad menggantikan siksa kami selama didunia, agar ia yang menerima semua hukuman umatnya selama didunia fana ini.   Saya ini malu, ketika dengan entengnya saya mengeluh tentang hidup saya, Tanpa saya sedari sebenarnya saya adalah orang yang paling beruntung. Bagaimana tidak, saya setiap hari bisa makan enak, tidur nyenyak dikasur yang empuk, kalo gerah ya langsung menyalakan kipas angin, berangkat kuliah sudah tersedia motor, uang bulan

transmigrasi remaja cerdas

Saya tidak mengerti dengan pola pikir anak remaja sekarang yang dengan bangganya mereka menunjukkan foto dengan pacarnya lalu menuliskan caption yang menurut mereka dapat membuktikan kecintaan mereka terhadap pasangannya, Bukan Iri atau dengki atau apapun saya hanya miris melihat kelakuan mereka. Mereka tidak tau bahwa diluar sana banyak sekali yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak tapi setelah kita lihat mereka yang sudah mendapatkan pendidikan yang layak mereka sia-siakan dengan banyak bercengkrama dengan pasangannya bahkan sekolah itu hanya ajang untuk mencari pacar atau memamerkan kekayaan, saya tidak menyalahkan Negri ini sungguh sama sekali tidak saya hanya merasakan betapa rapuhnya pola pikir remaja generasi penerus bangsa ini. Apa yang bisa mereka banggakan ketika nilai moral mereka sudah diambang batas kesadaran? Apa mereka pernah berfikir betapa sulitnya menjadi anak kuliah? Saya rasa mereka tidak akan berfikir sejauh itu? Saya juga tidak sepenuhnya men